Tugas Sosiologi Komunikasi: Meresum Buku Sosiologi Komunikasi
Bab Satu
Filsafat Sosiologi komunikasi
A.
FILSAFAT SOSIAL, SOSIOLOGI MODERN, DAN KOMUNIKASI
Pada mulanya, kajian tentang komunikasi, apalagi ilmu komunikasi adalah sesuatu yang tak pernah ada dalam khazanah ilmu pengetahuan. Ketika pada mulanya semua masalah manusia masih dalam kajian filsafat, maka komunikasi selain tidak terpikirkan atau belum dipikirkan oleh manusia (laten fenomena).
Pada saat teori sosiologi sedang dibangun, minat terhadap ilmu pengetahuan meningkat pesat. Hasil sains termasuk teknologi mendapat apresiasi yang luar biasa di masyarakat. Walaupun dikatakan apresiasi itu berkaitan dengan sukses besar sains fisika, biologi, dan kimia (Ritzer, 2004). Sosiologi dibesarkan oleh minat masyarakat terhadap sains yang menginginkan sosiologi meniru kesuksesan sains atau karena kesuksesan sains pada saat itu yang mengalihkan perhatian masyarakat terhadap sosiologi. Pada akhirnya masyarakat kemudian percaya bahwa perkembangan sosiologi disebabkan karena adanya keunggulan pemikiran yang lebih menyukai sosiologi sebagai sains.
Banyak pengamat berpendapat bahwa perkembangan teori sosiologi dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran abad pencerahan yang berkembang pada periode perkembangan intelektual dan pembahasan pemikiran filsafat yang luar biasa. Pemikiran manusia yang pada awal perkembangannya menaruh harapan yang besar terhadap mitos, logos, dogma, dan kemudian beralih pada logos (pemikiran manusia) lagi.
Secara singkat sejarah filsafat ilmu pengentahuan pencatat perkembangan tersebut sebagai berikut :
1.
SEBELUM YUNANI KUNO (SEBELUM ± 600 SM)
Mistik adalah sebuah fenoma fisika yang sebenarnya sudah ditemukan oleh para mistikus pada ribuan tahun yang lalu, sedangkan fenomena yang sama baru ditemukan oleh para fisikawan modern saat ini. Dalam bukunya Misticism and the New Phisics (2002), Michael Talbot mengatakan bahwa, dalam hal keterkaitan fenomena fisik alam raya, yang berhubungan dengan manusia dan realitas kehidupan manusia, mistik telah mengetahui ribuan tahun yang lalu ketika sains baru mengetahuinya sekarang. Fisika dan metafisika telah sampai pada sebuah titik dimana bahasa tidak lagi membawa informasi. Misalnya, dalam mekanika kuantum, partikel-partikel yang identik dikatakan “ tidak dapat dibedakan”. Oleh karenanya, dua electron yang tidak dapat dibedakan dapat dianggap “sama” sekaligus ” berbeda”.
Manusia memiliki persoalan besar dengan kesadaran dan bahasanya, kesadaran manusia memiliki peroalan dengan pikiran manusia, dimana dalam fisika modern dikatakan bahwa pikiran manusia memiliki tangan dalam dunia objektif manusia. Bahwa pikiran manusia bekerja berdasarkan kesadaranya terhadap alam semesta yang ada, sementara kesadaran manusia memiliki hubungan yang sangat terbatas dengan realitas subjektif dan realitas objektif.
Sesungguhnya kesadaran manusia terhadap realitas tergantung pada bagaimana syaraf-syaraf otak kita bekerja dengan demikian mistik adalah sebuah persoalan biologis manusia dalam menangkap fenomena alam semesta, atau dengan kata lain bagaimana kemampuan biologis manusia menangkap dunia omnijektif adalah persoalan kesadaran manusia. Ini semua adalah problem mistik manusia, terutama ketika kemampuan omnijektif dan kesadaran itu harus dibahasakan.
Pengalaman manusia satu dengan manusia lain amat berbeda dengan dunia mistiknya. Kemampuan manusia satu dengan manusia lainya amat sangat ditentukan oleh kesadaran dan kemampuan ia membahasakan pengalaman itu. Ada manusia tertentu yang memiliki kemampuan otak syaraf yang baik sehingga memiliki kesadaran yang kuat terhadap realitas omnijektif, namun ia tidak mampu menjelaskan dengan bahasa karena ruang bahasanya tidak member pengalaman untuk menjelaskan persoalan yang di hadapinya itu. Persoalan-persoalan ini kemudian diinteraksikan dalam kehidupan sehari-hari manusia dalam masyarakat sehingga menimbulkan wacana dan diskursus yang tak habis-habisnya dari generasi manusia satu ke generasi manusia lain. Wacana dan diskursus ini pun amat diwarnai oleh bagaimana wacana dan diskursus itu dibahaskan dalam budaya masyarakat setempat, hal ini menyebabkan cerita-cerita mistik itu beragam antara satu masyarakat dengan masyarakat lainya.
Jadi, dengan demikian persoalan mistik ini adalah sebuah rahaisa Allah yang sebenarnya oleh mistikus sudah dapat diungkapkan sejak ribuan tahun lalu. Akan tetapi dalam sains modern saat ini mistik baru mulai menjadi perdebatan ketika fenomena mistik mulai dapat diungkapkan oleh ilmuan sains modern.
Keterbatasan dan kelambanan sains modern mengungkap misteri mistik ini disebabkan oleh dua hal utama, pertama, mistik lebih banyak berhubungan dengan realitas “kebatinan” dan kesadaran, di mana tradisi ini lebih banyak ada dalam budaya masyarakat Timur. Sedangkan budaya masyarakat Barat lebih mengutamakan kekuatan penginderaan manusia dalam menafsirkan realitas. Dengan demikian sesuatu yang bersifat kesadaran selalu ditampilkan sebagai kelemahan dari
kemampuan manusia untuk menafsirkan realitas itu sendiri. Kedua, ada kaitannya dengan yang pertama, bahwa paradigma sains modern yang terlalu kebaratan, lebih mengunggulkan paradigma positivistic dan semua serba empiris yang diperoleh manusia berdasarkan pengalamanya dengan penginderaan. Segala sesuatu yang bersifat “kebatinan” dan bersumber dari kesadaran manusia dianggapnya bukan sebagai sains. Padahal dalam tradisi ketimuran, “kebatinan” dan kesadaran manusia adalah salah satu sumber penginderaan manusia terhadap realitas, terutama realitas omnijektif.
Sains Barat yang banyak dipengaruhi oleh positivisme tidak pernah mengakui pengetahuan manusia yang diperoleh dari “kebatinan” dan kesadaran yang condong konstruktif sebagai sebuah sains, fenomena itu (oleh mereka) dikatakan bukan ilmu, bisa hanya “ngelmu” (dalam pembahasaan jawa). Persoalan ini sebenarnya sebuah kelemahan paradigm secara keseluruhan, ketika paradigma dominan dapat menjadi alat untuk melegitimasi pembenaran dari apa yang ia lakukan dan menyalahkan yang dilakukan oleh saintis lain. Padahal, tak satupun pengetahuan manusia yang lepas dari upaya manusia membukakan tabir rahasia Allah yang salah satunya berada di alam jagad raya ini. Ini sebenarnya adalah persoalan manusia ketika Allah hanya memberikan pikiran kepada manusia sedangkan rahasia (pengetahuan) alam (jagad raya) ini menjadi tugas manusia mengungkapkanya dengan pikiran pemberian Allah itu.
2.
YUNANI KUNO (± 600 SM)
Pada periodesasi sekitar ± 600 SM periode ini ditandai oleh pergeseran pemikiran dari mitos ke logos. Mengacu kepada Adian (2002:7) bahwa pada masa ini, filsuf-filsuf alam mulai mencari penjelasan rasional atau prinsip dasar yang melandasi gejala-gejala alam berselebung kabut mistis. Thaleus (hidup sekitar tahun 585 SM) air adalah arkhe dari alam semesta, alasanya air dapat mengambil berbagai macam wujud dan keabsahanya dianggap sebagai kehidupan itu sendiri yang selalu bergerak.
3.
ABAD PERTENGAHAN (300 SM – 1300 M)
Menurut Adian (2002 : 9), pemikiran filsuf pada abad ini kehilangan otonominya. Pemikiran abad pertengahan bercirikan teosentris (berpusat pada kebenaran Wahyu Tuhan). Pada filsuf rohaniwan seperti Thomas Aquinas (1225 – 1274) dan ST Bonaventura (1221 – 1257) adalah rohaniwan yang hendak merekonsiliasi akal dan Wahyu. Kebenaran Wahyu mereka buktikan tidak berbeda dengan kebenaran yang dihasilkan akal. ST Augustinus (1354 – 1430) bahkan tidak percaya akan kekuatan semata dalam mencapai kebenaran. Kebenaran utama adalah kebenaran teologis yang termaktub dalam Wahyu Tuhan. Singkatnya rasionalitas mengalami deotonomisasi dari posisinya semula yang indenpenden pada masa filsuf-filsuf yunani. Dimasa ini pertentangan antara Wahyu dan akal bahkan semakin menajam dan cenderung mengeras. Banyak sekali ilmuan yang di eksekusi karena mewartakan kebenaran ilmiah yang tidak sesuai dengan kebenaran Wahyu. Ilmu pengetahuan pun menjadi surut perkembanganya.
4.
FILSAFAT MODERN (Abad 17 – 19)
Kurang lebih sepuluh abad lamanya pemikiran filsuf dan ilmu pengetahuan berdasarkan rasio di refresi oleh kebenaran teologis yang berdasarkan iman. Kecenderungan ini biasa disebut fideisme, ketaatan buta pada iman pada masa yang dikenal dengan nama renaisans. Istilah renaisans berarti kelahiran kembali. Kelahiran kembali filsuf yunani kuno yang otonom lewat mempelajarinya kembali karya-karya klasik filsuf-filsuf yunani kuno yang selama ini “disembunyikan” dan memonopoli elit gereja saja (Adian 2002 : 10).
Munculnya renaisan tidak bisa dilepaskan begitu saja dari sumbangan para filsuf islam dan menterjemahkan karya-karya klasik yunani kedalam bahasa arab. Karya-karya terjemahan itulah yang nantinya dipelajari oleh dunia barat hingga menimbulkan suatu gerakan reformasi yang dinamakan renaisans. Sejarah mencatat bahwa perkembangan ilmu pengetahuan di dunia islam telah maju lebih dahulu sebelum dunia barat memperoleh dalam “pencerahan”. Kebangkitan kembali rasio yang mewarnai zaman modern juga tidak dapat dilepaskan dari pemikiran dari seorang filsuf Perancis bernama Renedeskartes (1596 – 1650) seorang filsuf berfikiran merehabilitasi, mereotonomisasi rasio yang telah sekian lama dijadikan hamba sahaya keimanan. Renedeskartes telah memelopori suatu aliran filsafat yang pengaruhnya cukup besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan yaitu rasionalisme (Adian 2002).
5.
POSITIVISME (Abad ke- 20)
Adian (2002 : 12) mengatakan, pandangan dunia emperisme yang objektif dalam memandang pengetahuan tersebut mengalami puncaknya pada aliran filsafat yang di kenal dengan nama Positivisme. August Comte (1798 – 1857) adalah filsuf yang mempelopori kemunculan aliran filsafat ini. Comte juga lah yang menciptakan istilah “sosiologi” sebagai disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat secara ilmiah.
Demi terpenuhinya criteria-kriteria tersebut maka ilmu-ilmu harus memiliki pandangan dunia Positivistik sebagai berikut :
Objektif
Teori-teori tentang semesta harus lah bebas nilai
Fenomenalisme
Artinya ilmu pengetahuan hanya menciptakan semesta yang teramati.
Reduksionisme
Semesta direduksi menjadi fakta-fakta keras yang dapat diamati
Naturalisme
Alam semesta adalah objek-objek yang bergerak secara mekanis seperti bekerjanya jam.
6. ALAM SIMBOLIS
Positivisme telah mereduksi kekayaan pengalaman manusia menjadi fakta-fakta empiris. Prinsip bebas nilai positivime telah membuat ilmuan menjadi robot-robot tak berperasaan. Positivisme telah mengakibatkan kering semesta dari kekayaan batin yang tak terhingga, semsesta telah didesakraliasis. Tahapan filsafat yang terakhir ini merupakan reaksi keras terhadap positivisme terutama pada asumsi kesatuan metode untuk imu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu manusia. Metode positivistik mengasumsikan bahwa objek-objek alam maupun manusia bergerak secara deterministik-mekanis. Manusia lebih dari sekedar benda mati yang bergerak semata-mata berdasarkan stimulan dan respons, rangsangan dan reaksi, sebab dan akibat (behaviourisme). Manusia, menurut Ernest Cassirer adalah makluk yang memiliki substratum simbolis dalam benaknya hingga mampu memberikan jarak antara rangsangan dan tanggapan. Distansiasi (refleksi) tersebut melahirkan apa yang disebut sistem-sistem simbolis seperti ilmu pengetahuan, seni, religi, dan bahasa (Adian, 2002:13).
7. POSMODERNISME
Adian (2002:13) mengatakan, selain ke-enam tahapan tersebut dewasa ini berkembang suatu atmosfer pemikiran paling mutakhir yang sering disebut orang posmodernisme. Banyak orang yang salah kaprah menaksirkan posmodernisme sebagai perkembangan lebih lanjut dari modernisme. Kata “Pos” pada posmodernisme sering dipahami sebagai “Pasca”, “Sesudah” dalam pengertian urutan waktu, suatu kemajuan melampaui modernisme. Pemahaman tersebut salah kaprah karena posmodernisme justru sangat ‘anti’ terhadap ide-ide, seperti kemajuan, emansipasi, linearlitas sejarah, dan sebagainya. Konsep-konsep tersebut justru ditelanjangi habis-habisan oleh para pemikir posmo, seperti lyotard, Foucault, dan derrida.
Posmodernisme sesungguhnya merupakan terminologi untuk mewakili suatu penggeseran wacana diberbagai bidang, seperti seni, arsitektur, sosiologi, literatur, filsafat yang bereaksi keras terhadap wacana modernisme yang terlampau mendewakan rasionalitas sehingga mengeringkan kehidupan dari kekayaan dunia batin manusia. Filsafat yang dielukan-elukan sebagai pemonopoli kebenaran dibunuh ramai-ramai oleh para posmodermis dengan menyerang pilar-pilar filsafat modern yaitu Rene Descartes dan Immanuel Kant yang masing-masing menjunjung tinggi rasionalitas dengan mengklam dorongan-dorongan subjektif-irasional sebagai marginal, the other.
Posmodernisme tidak bisa dikonseptualisasikan dalam satu definisi yang jelas dan terpilih karna segala sesuatu yang berbua menyatukan justru diharamkan oleh kaum posmodernis. Mereka adalah pewaris kaum sofis yunani kuno yang sangat anti- kebenaran tunggal demi berkecambahnya kebenaran-kebenaran partikular yang plural. Posmo adalah gelombang kririk yang paling mutakir terhadap modernisme yang telah dijadikan sains, rasionalitas suatu “teknologi” baru yang menghasilkan suatu kebudayaan yang matematis, kalkulatif, monolitik, dan kering batin.
Narasi awal tentang posmodernisme dikemukanan oleh Daniel Bell dalam bukunya, the cultural contradiction off capitalism yang dipublikan pada tahun 1976. Bell menyatakan, bahwa kapitalisme lanjut telah bergeser dari sebuah sistem cultural dan ekonomi yang beriandaskan disiplin-disiplin yang perlu bagi produksi kesistem yang berlandaskan pada kenikmatan-kenikmatan komsumsi. Etika kapitalisme yang menekankan kerjakeras, individulitas, dan prestasi untuk produksi telah memudar dalam ingar bingar konsumelisme, kolusi, dan lain sebagainya.
Klan yang sama dikemukan oleh Jean Baudrillard yang dalam sederetan buku-bukunya yang dipublikasikan mulai dari tahun 1960-an telah mengkritik teori Marx yang mengklaim ekonomi sebagai faktor penentu dalam kehidupan sosial, dan memandang bentuk-bentuk dan daya-daya produksi sebagai perinsip sentral setiap ekonomi. Dalam kapitalisme lanjut, produksi dan reaproduksi tidak lagi berkaitan dengan benda-benda melainkan makna. Produsen roko tidak lagi memproduksi roko sich tetapi tanda yang memuat seperti kemampuan hidup dan maskulinitas. Dunia menurut Baudliard di dominasi oleh “simulatrum”. Ini adalah konsep yang diperkenalkan baudliard yang mewakili tiada lagi batas antara yang nyata dan semu. Dunia telah menjadi dunia imajiner. Baudliard member contoh Disneyland. Disneyland adalah sebuah dunia imajiner dimana segala sesuatunya bersifat futuristik, mimpi-mimpi. Disneyland telah menjadi bius bagi sebagian besar konsumen kelas menengah sehingga selalu dijejali orang sepanjang taun.
Disneyland menurut Baudrillard merupakan bentuk pemujaan berhala mutakhir. Pemujaan yang menunjukan betapa irasionalnya perilaku konsumtif orang-orang yang rela mengantri berjam-jam, membayar puluhan dolar hanya untuk memuaskan nafsu, insting, dorongan, dan impuls. Koletifitas yang muncul adalah semu. Segerombolan orang riang gembira menikmati kebersamaan mereka. Kemudian kembali terpecah menjadi individu-individu yang menjemukan dengan rutinitas yang itu-itu saja. Ini adalah sebuah simulacrum.
Permasalahan kuasa juga menjadi tema yang digemari para pemikir posmo seperti Frederic jameson dan Michael Foucault. Kekuasaan yang oleh kaum Marxis selalu terkonsentrasi pada pusat yang merupakan perpanjangan tangan kelas berkuasa di masa sekarang telah menyebar pada institusi mikro, seperti sekolah, institusi agama, penjara, partai politik, dan lain sebagainya. Masing-masing memiliki mekanisme kuasanya sendiri-sendiri. Faucault mengatakan, bahwa di sekolah pun mekanisme kuasa bekerja dengan begitu rapi. Otoritas pendidikan selain memberi pengetahuan juga menggali pengetahuan tentang murid-muridnya untuk bisa menguasai mereka secara lebih efisien. Para murid diuji, diobservasi, dipsikotes untuk bisa diklasifikasi menurut kecerdasan, kerajinan, sopan santun, dan seterusnya.
Berbeda dengan Foucault, Frederic Jameson memandang pluralisme kuasa secara positif. Ia berkeyakinan bahwa dasar pedoman perjuangan kaum marxis merebut sarana produksi dan merebut negara guna mewujudkan masyarakat sosialis sudah usang. Dasar pedoman itu telah digantikan oleh berbagai isu konkret, seperti kesetaraan gender, hak konsumen, hak suku terasing, lingkungan hidup, dan lain sebagainya.
Berbicara tentang posmodernisme, kita tidak bisa melewatkan seorang intelektual Perancis bernama Jean Francois Lyotard. Ia adalah pemikir yang pertama kali menjelaskan posmodernisme secara komprehensif lewat bukunya yang berjudul The Postmodern Condition (1984). Modernisme, menurutnya, muncul dengan menggeser narasi-narasi spiritual tentang takdir manusia dengan narasi yang lebih sekuler. Namun, narasi sekuler tersebut masih senafas dengan narasi yang digantikannya. Marxisme adalah suatu contoh menarik. Marxisme seayub dengan narasi kristiani tentang lahirnya kerajaan Allah. Ideologi tersebut memandang sejarah manusia secara deterministik.
Saling pengaruh antara perkembangan daya produksi dan relasi produksi niscaya membawa manusia ke akhir zaman yang manusiawi tanpa penindasan. Ini adalah celah yang menjadi sasaran kritik posmo. Posmodernisme menurut Lyotard adalah periode di mana ketidakpercayaan pada narasi-narasi raksasa yang sifatnya universal dan esensialis semakin gencar. Kesatuan sejarah digeser dengan kemajemukan sejarah lokal yang tidak bisa diletakan di bwah satu payung narasi raksasa.
TABEL 1
FILSAFAT SOSIAL DAN KEBUTUHAN INTELEKTUAL MANUSIA PADA AWAL
LAHIRNYA SOSIOLOGI
MISTIK
|
LOGOS
|
DOGMA
|
RENAISANS
|
AUFKLARONG
|
Taklid
|
Pengultusan akal pikiran manusia sebagai sumber ilmu pengetahuan
|
Taklid pada pendeta gereja
|
Gerakan kembali ke akal pikiran manusia
|
Masa pencerahan
|
Ketergantungan pada elite masyarakat
|
Kemerdekaan akal pikiran manusia
|
Ketergantungan pada elite gereja
|
Pemujaan dan penghargaan akal pikiran manusia sebagai sumber ilmu
pengetahuan
|
Akal manusia menjadi sumber pencerahan dan peradaban manusia
|
B. SOSIOLOGI MODERN
Persoalan manusia pada akhirnya diatasi filsafat melalui pendekatan filsafat sosial yang kemudian mampu menjawab persoalan-persoalan: liberalisme, sosialisme, komunalisme dan welfare liberalism, namun untuk menjawab persoalan persoalan kemasyarakatan lainnya yang lebih konkret, filsafat sosial mengalami hambatan metodologis. Karena itu banyak persoalan masyarakat tidak bisa lagi diatasi oleh filsafat sosial yang sifat pendekatannya abstrak dan tidak konkret. Masyarakat membutuhkan jalan keluar dari permasalahan kehidupan mereka yang serba spesifik dan konkret. Dengan demikian, manusia membutuhkan ilmu pengetahuan yang menjembatani filsafat dan manusia. Karena itu lahirlah sosiologi sebagai jalan keluar untuk membantu manusia memecahkan persoalan masyarakat.
Orang yang pertama menggunakan istilah sosiologi adalah Auguste Comte (1798-1857). Erikson (Ritzer, 2004 : 16) mengatakan bahwa, menurut Erikson bukanlah penemu Sosiologi Modern, karena selain teori Sosiologi Konservatif banyak dipelajari oleh gurunya Cloude Henri Saint-Simon (1760-1825), Adam Smith atau para moralis Skotlandia adalah sumber sebenarnya dari Sosiologi Modern. Namun demikian, Comte memiliki jasa yang luar biasa untuk memperkenalkan sosiologi kepada dunia.
Pikiran-pikiran Comte sangat dipengaruhi oleh pencerahan dan revolusi, ia juga sangat terpengaruh oleh sains sehingga pandangan ilmiahnya memperkenalkan “positivisme” atau “filsafat” positif” lebih konkret lagi Comte mengembangkan fisika sosial yang pada tahun 1839 disebut dengan sosiologi (Pickering, 2000 dalam Ritzer, 2004 : 16). Penggunaan istilah filsafat sosial, pada mulanya Comte bermaksud agar sosiologi meniru model hard science. Ilmu baru ini mempelajari social statics (statika sosial atau struktur sosial). Comte beranggapan bahwa walaupun kedua pendekatan itu sama-sama menemukan hukum-hukum kehidupan sosial, namun dinamika sosial lebih penting bila dibandingkan dengan statika sosial. Sudut pandang Comte yang menganggap perubahan sosial lebih penting ini dipengaruhi oleh konteks sosial pada waktu itu, yaitu Revolusi Perancis dan Pencerahan.
Pikiran-pikiran Comte pada waktu itu didasarkan pada pendekatan teori evolusinya dan hukum tiga tingkatan (Ritzer, 2004 : 17). Comte mengatakan ada tiga tingkatan intelektual yang harus dilalui kelompok masyarakat, ilmu pengetahuan, individu, atau bahkan pemikiran masyarakat dan dunia sepanjang sejarahnya.
Pertama, tahap teologis yang menjadi karakteristik dunia sebelum era 1300. Dalam tahapan ini sistem gagasan utama menekankan pada keyakinan bahwa kekuatan adikordrati, tokoh agama dan keteladanan kemanusiaan menjdai dasar segala hal. Dengan demikian, dunia sosial dan alam fisika adalah ciptaan Tuhan.
Kedua, tahap metafisika yang terjadi antara 1300-1800. Era ini ditandai oleh keyakinan bahwa kekuatan abstraklah yang menerangkan segala sesuatu, bukanlah para dewa. Dengan demikian, pandangan terhadap ciptaan Tuhan mengalami degradasi kekuasaan di hadapan manusia.
Ketiga, pada tahun 1800 dunia memasuki tahap positivistik yang ditandai oleh keyakinan terhadap sains. Manusia mulai cenderung menghentikan penelitian terhadap kecenderungan penyebab absolut (Tuhan atau alam) dan memusatkan perhatian pada pengamatan terhadap alam fisik dan dunia sosial guna mengetahui hukum-hukum yang mengaturnya. Sekulerisme pengetahuan manusia mulai terlihat secara jelas dengan memisahkan apa yang terjadi pada manusia dengan unsur yang menciptakan mereka. Seperti contohnya terlihat dalam teori tentang dunia, Comte memusatkan perhatiannya pada faktor intelektual. Ia mengatakan bahwa, kekacauan intelektual penyebab kekacauan sosial. Kekacauan ini berasal dari sistme gagasan terdahulu (teologi dan metafisika) yang terus ada dalam era positif (ilmiah). Pergolakan sosial baru akan berakhir bila kehidupan masyarakat sepenuhnya dikendalikan oleh positivisme.
Orang lain yang juga berjasa pada awal-awal pengembangan sosiologi adalah Emile Durkeim (1858-1917). Karya-karya Durkeim masih diwariskan oleh pandangan pencerahan pada sains dan reformasi sosial. Pandangannya yang paling dikenal adalah berhubungan dengan fakta sosial dan agama. Pandangan Durkheim tentang fakta-fakta sosial menjadi dasar bagi sosiologi mengkaji pandangan tentang apa sebenarnya fakta sosial itu. Dalam bukunya yang berjudul The Rule of Sociological Method (1895/1982) Durkheim menekankan bahwa tugas sosiologi adalah mempelajari fenomena penting dalam kehidupan manusia dalam dunianya yaitu fakta-fakta sosial. Ia memandang fakta sosial adalah sebagai kekuatan (force) dan struktur yang bersifat eksternal yang memaksa individu. Melalui karyanya yang lain, yaitu Suicede (1897/1951) Durkheim mencoba menguji pandangan sosiologisnya tentang hubungan manusia dengan fakta sosialnya (Ritzer, 2004 : 21).
Melalui The Rule of Sociological Method Durkheim membedakan dua tipe fakta sosial, yaitu fakta sosial materiil dan fakta sosial non materiil. Walaupun ia membahasnya secara bersama-sama, namun Durkheim lebih banyak menyoroti fakta sosial nonmateriil (kultur, institusi sosial) ketimbang membahas fakta sosial materiil (birokrasi,hukum). Dalam karyanya yang lain, ia menjelaskan betapa pentingnya fakta sosial nonmateriil seperti ikatan moralitas bersama atau yang disebut dengan kesadaran kolektif yang kuat.
Dalam hal agama, Durkheim berpadangan bahwa agama adalah salah satu dari fakta sosial nonmateriil. Melalui karyanya yang terakhir, The Elementary Forms of Religiuys Life (1912/1965), ia membahas masyarakat primitif untuk menemukan akar agama. Ia yakin bahwa ia akan menemukan akar agama dengan jalan membandingkan masyarakat primitif yang sederhana ketimbang mencarinya di dalam masyarakat modern yang kompleks. Temuannya bahwa sumber agama adalah masyarakat itu sendiri. Dalam masyarakat primitif (totemisme), benda-benda seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang didewakan. Totemisme selanjutnya dilihat sebagai fakta sosial nonmateriil sebagai salah satu bentuk kesadaran kolektif. Selanjutnya Durkheim menyimpulkan bahwa masyarakat dan agama satu dan sama (Ritzer, 2004 : 22).
C. LAHIRNYA SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Sosiologi sejak semula telah menaruh perhatian pada masalah-masalah yang ada hubungan dengan interaksi sosial antara seseorang dan orang lainnya. Saaat ini perspektif teoritis mengenai sosiologi komunikasi bertumpu pada fokus kajian sosiologi mengenai interaksi sosial dan semua aspek yang bersentuhan dengan fokus kajian tersebut.
Bab Dua
Ruang Lingkup dan Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi
A. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah, Tuhan Yang Maha Esa dengan struktur dan fungsi yang sangat sempurna bila dibandingkan dengan makhluk Tuhan lainnya. Manusia juga diciptakan sebagai makhluk multidimensional, memiliki akal pikiran dan kemampuan berinteraksi secara personal maupun sosial. Karena itu manusia disebut sebagai makhluk yang unik, yang memiliki kemampuan sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
1. Sosiologi
Kata sosiologi berasal dari sofie, yaitu bercocok tanam atau taman, kemudian berkembang menjadi socius, dalam bahasa Latin yang berarti teman, kawan. Berkembang lagi menjadi kata sosial, artinya berteman, bersama, berserikat.
2. Community
Pengertian manusia yang hidup bersama dalam ilmu sosial tidak mutlak jumlahnya, bisa saja dua orang atau lebih. Manusia tersebut hidup bersama dalam waktu relatif lama, dan akhirnya melahirkan manusia-manusia baru yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Hubungan antara manusia itu, kemudian melahirkan keinginan, kepentingan, perasaan, kesan, penilaian dan sebagainya.
3. Teknologi Telematika
Istilah teknologi telematika (telekomunikasi, media, dan informatika) bermula dari istilah teknologi informasi (information technology atau IT). Istilah ini mulai popular di akhir dekade 70-an. Pada masa sebelumnya, teknologi informasi masih disebut dengan istilah teknologi komputer atau pengolahan data elektronik atau PDE (electronic data processing atau EDP).
4. Communication
Onong Uchyana mengatakan komunikasi sebagai proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.
5. Sosiologi Komunikasi
Secara komprehensif sosiologi komunikasi mempelajari tentang interaksi sosial dengan segala aspek yang berhubungan dengan interaksi tersebut seperti bagaimana interaksi (komunikasi) itu dilakukan dengan menggunakan media, bagaimana efek media sebagai akibat dari interaksi tersebut, sampai dengan bagaimana perubahan-perubahan di masyarakat yang didorong oleh efek media berkembang serta konsekuensi sosial macam apa yang ditanggung masyarakat sebagai akibat dari perubahan yang didorong oleh media massa itu.
B. Ranah, Kompleksitas, Dan Objek Sosiologi Komunikasi
Ranah sosiologi komunikasi berada pada wilayah individu, kelompok, masyarakat, dan system dunia. Di mana ranah ini bersentuhan dengan wilayah lain, seperti teknologi telematika, komunikasi, proses dan interaksi sosial, serta budaya kosmopolitan. Objek formal dalam studi sosiologi komunikasi menekankan pada aspek aktivitas manusia sebagai makhluk sosial yang melakukan aktivitas sosiologis yaitu proses sosial dan komunikasi, aspek ini merupakan aspek dominan dalam kehidupan manusia bersama orang lain. Aspek lainnya adalah telematika dan realitasnya.
Bab Tiga
Struktur dan Proses Sosial
A.
Struktur Masyarakat
1) Kelompok Sosial
Kehidupan kelompok adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan. Naluri ini yang mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya bersama dengan orang lain dalam kelompok. Naluri berkelompok itu juga yang mendorong manusia untuk menyatukan dirinya dengan kelompok yang lebih besar dalam kehidupan manusia lain di sekelilingnya bahkan mendorong manusia menyatu dengan alam fisiknya. Ada empat kelompok sosial yang dapat dibagi berdasarkan struktur masing-masing kelompok tersebut.
•
Kelompok Formal-Sekunder
•
Kelompok Formal-primer
•
Kelompok Informal-Sekunder
•
Kelompok Informal- primer
2) Lembaga (Pranata) Sosial
Lembaga (Pranata) Sosial adalah sekumpulan tata aturan yang mengatur interaksi dan proses-proses sosial di dalam masyarakat. Lembaga sosial memungkinkan setiap struktur dan fungsi serta harapan-harapan setiap anggota dalam masyarakat dapat berjalan dan memenuhi harapan sebagaimana yang disepakati bersama. Dengan kata lain lembaga sosial digunakan untuk menciptakan ketertiban (order).
3) Stratifikasi Sosial (Social Stratification)
Stratifikasi atau strata sosial adalah struktur sosial yang berlapis-lapis di
dalam masyarakat. Lapisan sosial menunjukkan bahwa masyarakat memiliki strata, mulai dari yang terendah sampai yang paling tinggi. Secara fungsional, lahirnya strata sosial ini karena kebutuhan masyarakat terhadap system produksi yang dihasilkan oleh masyarakat di setiap strata, dimana system produksi itu mendukung secara fungsional masing-masing strata.
4) Mobilitas Sosial
Menurut Horton dan Hunt (narwoko dan suyanto, 2004; 188), mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Mobilitas bisa berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan (biasanya) termasuk pula segi penghasilan yang dapat dialami oleh beberapa individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok.
5) Kebudayaan
Kebudayaan (culture) adalah produk dari seluruh rangkaian proses sosial yang dijalankan oleh manusia dalam masyarakat dengan segala aktivitasnya. Dengan demikian, maka kebudayaan adalah hasil nyata dari sebuah proses sosial yang dijalankan oleh manusia bersama masyarakatnya. Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupakan kata jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”. (Koentjaraningrat, 1979: 195).
B. Proses Dan Interaksi Sosial
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, sedangkan bentuk khususnya adalah aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia (Soekanto, 2002: 62). Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial (social contact) dan adanya komunikasi (communication).
I. Kontak sosial
Secara fisik, kontak sosial baru terjadi apabila adanya hubungan fisikl, sebagai gejala sosial hal itu bukan semata-mata hubungan badaniah, karena hubungan sosial terjadi tidak saja secara menyentuh seseorang, namun orang dapat berhubungan dengan orang lain tanpa harus menyentuhnya.
II. Komunikasi
Dalam komunikasi aada tiga unsur penting yang selalu hadir dalam setiap komunikasi , yaitu sumber informasi (receiver), saluran (media), dan penerima informasi (audience).
C. Proses-Proses Interaksi Sosial
•
Proses Asosiatif
Dimaksud dengan proses asosiatif adalah sebuah proses yang terjadi saling pengertian dan kerja sama timbal balik antara orang per orang atau kelompok satu dengan yang lainnya., dimana proses ini menghasilkan pencapaian tujuan-tujuan bersama.
A.
Kerja sama (cooperation) adalah usaha bersama antara individu atau kelompok untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
•
Gotong royong dan kerja bakti
•
Bargaining
•
Co-optation
•
Coalition
•
Joint-venture
B.
Accomodation
Accomodation adalah proses sosial dengan dua makna, pertama adalah proses sosial yang menunjukkan pada suatu keadaan yang seimbang (equalibrium) dalam interaksi sosial antara individu dan antarkelompok di dalam masyarakat, terutama yang ada hubungannya dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Kedua adalah menuju pada suatu proses yang sedang berlangsung, dimana accomodation menampakkan suatu proses untuk meredakan suatu pertentangan yang terjadi di masyarakat, baik pertentangan yang terjadi di antara individu, kelompok dan masyarakat, maupun dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat itu. Proses accomodation ini menuju pada suatu tujuan yang mencapai kestabilan.
•
Coersion
•
Compromise
•
Mediation
•
Conciliation toleration
•
Stalemate
•
Ajudication
•
Proses Disosiatif
Proses disosiatif merupakan proses perlawanan (oposisi) yang dilakukan oleh individu-individu dan kelompok dalam proses sosial di antara mereka pada suatu masyarakat. Oposisi diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau kelompok tertentu atau norma dan nilai yang dianggap tidak mendukung perubahan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
A.
Persaingan (competition)
B.
Controvertion
C.
Conflict
Bab Empat
Proses Komunikasi Dalam Masyarakat
A. Komunikasi Langsung
Pada komunikasi langsung (tatap muka) baik antara individu dengan individu, atau individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok, kelompok dengan masyarakat, maka pengaruh hubungan individu (interpersonal) termasuk di dalam pemahaman komunikasi ini. Namun demikian, individu yang memengaruhi proses komunikasi tidak lepas dari pengaruh kelompoknya baik yang primer maupun sekunder, termasuk pula pengaruh media massa terhadapnya.
B. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam komunikasi massa adalah :
•
Komunikator,
•
Media massa,
•
Informasi (pesan) massa,
•
Gatekeeper,
•
Khalayak (publik), dan
•
Umpan balik.
Konsep Massa
Massa memiliki tiga unsur-unsur penting, yaitu:
•
Terdiri dari masyarakat dalam jumlah yang besar (large agregate).
•
Jumlah massa yang besar menyebabkan massa tidak bisa dibedakansatu dengan yang lainnya (undifferentiated).
•
Sebagian besar anggota massa memiliki negatif image terhadap pemberitaan media massa.
•
Karena jumlah yang besar, maka massa juga sukar diorganisir.
•
Kemudian massa merupakan refleksi dari kehidupan sosial secara luas.
Proses Komunikasi Massa
Sebagaimana yang telah disinggung di muka, komunikasi massa memiliki proses yang berbeda dengan komunikasi tatap muka. Karena sifat komunikasi massa yang melibatkan banyak orang, maka proses komunikasinya sangat kompleks dan rumit. Menurut McQuail (1992; 33), proses komunikasi massa terlihat berproses dalam bentuk:
•
Melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar.
•
Proses komunikasi massa juga dilakukan melalui satu arah, yaitu komunikator ke komunikan.
•
Proses komunikasi massa berlangsung secara asimetris di antara komuniikator ke komunikan, menyebabkan komunikasi di antara mereka berlangsung datar dan bersifat sementara.
•
Proses komunikasi massa juga berlangsung impersonal (non pribadi) dan tanpa nama.
•
Proses komunikasi massa juga berlangsung berdasarkan pada hubungan-hubungan kebutuhan (market) di masyarakat.
•
Audiensi Massa
Khalayak memiliki sifat-sifat sebagaimana yang ada pada konsep massa, namun lebih spesifik teragregat pada suatu media massa. Jadi, sifat audien massa umpamanya:
•
Terdiri dari jumlah yang besar.
•
Suatu pemberitaan media massa dapat ditangkap oleh masyarakat dari berbagai tempat, sehingga sifat audien massa juga ada tersebar dimana-mana, terpencar, dan tidak mengelompok pada wilayah tertentu.
•
Pada mulanya audien massa tidak interaktif, artinya antara media massa dan pendengar atau pemirsanya tidak saling berhubungan, namun saat ini konsep ini mulai ditinggal, karena audien massa dan media massa dapat berinteraksi satu dengan lainnya melalui komunikasi telepon.
•
Terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang sangat heterogen.
•
Tidak terorganisir dan bergerak sendiri.
Budaya Massa
Komunikasi massa berproses pada level budaya massa, sehingga sifat komunikasi massa sangat dipengaruhi oleh budaya massa yang berkembang di masyarakat di mana proses komunikasi itu berlangsung.
Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah salah satu aktivitas sosial yang berfungsi di masyarakat. Selain manifest function dan laten function, setiap aktivitas sosial juga berfungsi melahirkan (beiring function) fungsi-fungsi sosial lain, bahwa manusia memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat sempurna.
A.
Fungsi Pengawasan
B.
Fungsi Social Learning
C.
Fungsi Penyampaian Informasi
D.
Fungsi Transformasi Budaya
E.
Hiburan
Komunikasi Massa Sebagai Sistem Sosial
Sistem sosial komunikasi massa yang dikonstruksi dengan berbagai komponen di atas, membentuk sebuah sistem sosial yang berkembang, silid, mengalami pergerakan-pergerakan internal di antara anggota sistem, berevolusi (bahkan berdifusi) dan akhirnya melahirkan sistem-sistem sosial yang baru yang lebih tangguh dan lebih sempurna.
Peran Media Massa
Media massa adalah instuisi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai instuisi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan:
A.
Sebagai instuisi pencerahan masyarakat
B.
Selain itu, media massa juga media informasi
C.
Terakhir media massa sebagai media hiburan
Bab Lima
Perubahan Sosial Dan Budaya Massa
A. Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, si mana semua tingkat kehidupan masyarakat secara sukarela, atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru. Perubahan sosial terjadi ketika ada kesediaan anggota masyarakat untuk meninggalkan unsur-unsur budaya dan sistem sosial lama dan mulai beralih menggunakan unsur-unsur budaya dan sistem sosial yang baru.
B. Budaya Massa Dan Budaya Populer
Kehidupan masyarakat kota, pada umumnya, satu sama lain tidak saling mengenal dan interaksi-interaksi mereka didasari oleh kepentingan dan kebutuhan yang dilandasi pada hubungan sekunder, sehingga secara real media massa telah menjadi salah satu kebutuhan dalam berinteraksi di dalam masyarakat perkotaan satu dengan lainnya. Dalam penyampaian berbagai produk tayangan, media massa berupaya menyesuaikan dengan khalayaknya yang heterogen dan berbagai sosio-ekonomi, kultural, dan lainnya. Kebudayaan populer banyak berkaitan dengan masalah keseharian yang dapat dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang tertentu, seperti pementasan mega bintang, kendaraan pribadi, fashion, model rumah, perawatan tubuh, dan semacamnya.
Bab Enam
Sosiologi Media Dan Komunikasi Massa
A.
Perkembangan Teknologi Media
I. Riwayat Komunikasi dan Sejarah Kemanusiaan
Riwayat perkembangan komunikasi antarmanusia adalah sama dengan sejarah kehidupan manusia itu sendiri. Lahirnya era komunikasi interaktif ditandai dengan terjadinya diversifikasi teknologi informasi dengan bergabungnya telepon, radio, komputer, dan televisi menjadi satu dan menandai teknologi yang disebut dengan internet.
a. Media Komunikasi Antarpribadi
Pada saat masyarakat baru mampu menggunakan komunikasi oral dan berkembang menjadi komunikasi tulis, maka lahirlah berbagai media komunikasi antarpribadi.
Saylin Wen mengategorikan perkembangan awal pada media komunikasi antara pribadi dengan enam media, seperti:
•
Suara
•
Grafik
•
Teks
•
Musik
•
Animasi
•
Video
b. Media Penyimpanan
Memang ada beberapa konsep media penyimpanan yang sebenarnya telah berada pada era modern, namun gagasan-gagasan dari jenis media penyimpanan itu sebenarnya sudah ada sejak permulaan era cetak.
Saylin Wen (2002; 39-63) mengatakan bahwa,
Jenis-jenis media penyimpanan adalah:
•
Buku dan Kertas
•
Kamera
•
Alat Perekam Kaset
•
Kamera Film Proyektor
•
Pita Perekam Video
•
Disk Optikal
•
Disket dan Hard Disk
•
Flash Disk
c. Media Transmisi
Transmisi media bukanlah sekadar tentang penyimpanan dan penyebaran. Kita juga menginginkan informasi ditransmisikan seketika (real-time) sebelum beritanya ketinggalan. Demikianlah, selain media penyimpanan, kita juga membutuhkan transmisi seketika (real-time).
•
Komunikasi
Pada dasarnya, komunikasi adalah transmisi dari satu orang ke satu orang, di mana pengirim maupun penerimanya spesifik.
•
Penyiaran
Transmisi kedua adalah penyiaran, yaitu transmisi dari satu orang ke banyak orang.
•
Jaringan
Jenis transmisi ketiga adalah jaringan, yang merupakan transmisi dari banyak orang ke banyak orang, tetapi juga mencakup transmisi dari satu orang ke satu orang dan dari satu orang ke banyak orang.
•
Konvergensi Media dan New Media
Perkembangan teknologi komunikasi yang sangat pesat saat ini, maka diperkirakan pabrik teknologi komunikasi memproduksi berbagai varian teknologi komunikasi setiap hari di pabrik mereka.
II. Empat Era Perkembangan Komputerisasi
Fase yang paling menentukan dalam revolusi komputer adalah pengembangan notasi biner di tahun 1679, di mana notasi biner ini adalah dasar bagi semua bahasa komputer.
•
Era Komputerisasi
•
Era Teknologi Informasi
•
Era Sistem Informasi
•
Era globalisasi Informasi
III. Media Massa Depan dan Platform Teknologi Komunikasi
Teknologi komunikasi membutuhkan platform pengembangan yang jelas di masa depan. Seperti yang dijelaskan di depan bahwa saat ini perkembangan teknologi telematika berada pada situasi anomi, di mana tidak ada platform yang jelas arah pengembangannya.
B. Adopsi Inovasi Dan Sikap Masyarakat Terhadap Media
Peruahan-perubahan sosial selalu dipengaruhi oleh hal-hal baru di masyarakat yang menciptakan suatu keadaan yang berbeda dengan keadaan sebelumnya dalam sistem sosial. Jadi, pada kondisi sosial lama terdapat perbedaan, kemudian pada waktu yang berbeda dan di antara sistem sosial yang sama.
Bab Tujuh
Masyarakat Cyber
A. Cybercommunity
1) Masyarakat Global dan Pembentukan Cybercommunity
Community_masyarakat adalah kelompok-kelompok orang yang menempati sebuah wilayah (teritorial) tertentu, yang hidup secara relatif lama, saling berkomunikasi, memiliki simbol-simbol dan aturan tertentu serta sistem hukum yang mengontrol tindakan anggota masyarakat, memiliki sistem stratifikasi, sadar sebagai bagian dari anggota masyarakat tersebut serta relatif dapat menghidupi dirinya sendiri.
2) Masyarakat Maya; Sisi Lain Kehidupan Masyarakat Manusia
Seluruh ciptaan manusia, maka masyarakat maya menggunakan seluruh metode kehidupan masyarakat nyata sebagai model yang dikembangkan di dalam segi-segi kehidupan maya.
•
Proses-proses Sosial dan Interaksi Sosial
•
Kelompok Sosial Maya
•
Kebudayaan dan Masyarakat Maya
•
Pranata dan Kontrol Sosial Masyarakat Maya
•
Stratifikasi Sosial, Kekuasaan, dan Kepemimpinan Masyarakat Maya
•
Perubahan Sosial dalam Masyarakat Maya
3) Hyper-Reality; Sisi Lain Masyarakat Maya
Kemampuan teknologi media elektronika memungkinkan perancang agenda settingmedia dapat menciptakan realitas dengan menggunakan satu model produksi yang oleh Jean Baudrillard (Piliang; 1998: 228) disebutnya dengan simulasi, yaitu penciptaan model-model nyata yang tanpa asal usul atau realitas awal. Hal ini olehnya disebut (hiper-realitas).
B. Aplikasi Cyber Dalam Kehidupan Masyarakat
E-government dan E-commerce; dan varian “E” Lainnya
Dalam banyak hal, sistem controlling, penjenjangan karier, pelaporan, pengarsipan, dan aktivitas e-commerce telah dilakukan di berbagai kantor dan kegiatan pemerintahan lainnya di berbagai negara. Saat ini e-commerce dalam konsep yang lebih luas telah berkembang dalam banyak bidang komersial, perbankan, dan usaha-usaha ritel sudah memulai kegiatan ini dengan sangat sukses.
Cyberlaw sebagai Konsekuensi Cybercrime
Melihat masalah terbesar yang dihadapi oleh cybercommunity adalah cybercrime, maka kebutuhan terhadap cyberlaw menjadi sangat mendesak. Cyberlaw dimaksud adalah perangkat hukum positif yang digunakan untuk mengontrol akselerasi kehidupan dalamcybercommunity.
Bab Delapan
Realitas Media dan Konstruksi Sosial Media Massa
A. Diskursus Realitas Sosial
Pada umumnya teori dalam paradigma definisi sosial sebenarnya berpandangan bahwa manusia adalah aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya di mana individu berasal.
B. Konstruksi Sosial Sebagai Ilmu Dan Filsafat
Dalam pandangan realisme hipotesis, pengetahuan adalah sebuah heipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki. Sedangkan konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu.
C. Konstruksi Sosial Media Massa; Kritik Terhadap Berger Dan Luckmann
Substansi “teori konstruksi sosial media massa” adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung sangat cepat dan sebarannya merata.
Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi
Ada tiga hal penting dalam penyiapan materi konstruksi sosial yaitu:
•
Keberpihakan media massa kepada kapitalisme
•
Keberpihakan semu kepada masyarakat
•
Keberpihakan kepada kepentingan umum
Tahap Sebaran Konstruksi
Selain media elektronik dan media cetak, sebaran konstruksi juga dapat menggunakan varian media lain, seperti Media Luar Ruangan, Media Langsung, dan Media Lainnya.
Pembentukan Konstruksi Realitas
•
Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas
•
Pembentukan Konstruksi Citra
Tahap Konfirmasi
Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca dan pemirsa memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi.
Realitas Media; Realitas yang Dikonstruksi oleh Media Massa
Realitas media adalah realitas yang dikonstruksi oleh media dalam dua model; pertamaadalah model peta analog dan kedua adalah ,odel refleksi realitas. Model-model itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
•
Model Peta Analog
•
Model Refleksi Realitas
D. Realitas Sosial Bentukan Media Massa; Iklan Televisi
Dalam dunia pertelevisian, sistem teknologi telah menguasai jalan pikiran masyarakat, televisi menguasai pikiran-pikiran manusia dengan cara membangun teater dalam pikiran manusia (theater of mind), sebagaimana gambaran realitas dalam iklan televisi.
E. Bahasa Sebagai Realitas Sosial Iklan
Sistem tanda bahasa ini digunakan secara maksimal dalam iklan televisi. Iklan televisi pada umumnya berdurasi dalam ukuran detik, memanfaatkan sistem tanda untuk memperjelas makna citra yang dikonstruksikan.
F. Sumber Nilai Acuan Konstruksi Sosial Media Massa
Umumnya nilai yang dikonstruksi oleh media massa adalah nilai yang bersumber dari redaktur dan para desk media massa. Kalau dikatakan, bahwa media massa adalah replikasi dari masyarakat di sekitarnya, maka artinya replikasi itu diwakilkan oleh nilai-nilai dan norma yang ada pada redaktur dan para desk media massa tertentu.
Bab Sembilan
Paradigma keilmuan dan Teori Komunikasi
A. Basis Sosial Dan Paradigma Teori Komunikasi
Khazanah keilmuan komunikasi dipengaruhi oleh ilmu-ilmu sosial di mana ilmu sosial adalah induk dari ilmu komunikasi, di samping itu juga ilmu komunikasi dipengaruhi oleh ilmuwannya dan stakeholder akademik di sekitarnya.
B. Jenis Pengetahuan Dan Paradigma Lain Dalam Komunikasi
Jadi, komunikasi adalah suatu ilmu pengetahuan sosial yang memiliki ciri-ciri; berkenaan dengan pemahaman tentang bagaimana orang berprilaku dalam menciptakan, mempertukarkan, serta menginterpretasikan pesan-pesan.
Pandangan Humanistik
Menurut Littejohn (1996; 11), tujuan humanitas adalah memahami respons subjektif individual. Sains adalah suatu aktivitas “di luar sana” sedangkan humanitas menekankan “di dalam sini”.
Pandangan Social Science
Dalam berupaya mengoservasikan dan menginterpretasikan pola-pola prilaku manusia pakar ilmu sosial menjadikan manusia sebagai objek studi yang harus diobservasinya.
C. Pendekatan Keilmuan Dalam Komunikasi
Pendekatan Unscientific
Pada pendekatan Unscientific umumnya orang menjawab dorongan ingin tahu dan mencari kenbenaran, melalui:
•
Secara kebetulan.
•
Secara trial and error.
•
Melalui otorisasi seseorang.
•
Wahyu
•
Penemuan Secara Kebetulan
•
Penemuan Secara Trial and Error
•
Penemuan Melalui Otoritas
•
Menemukan Kebenaran Melalui Wahyu
Pendekatan Scientific
Cara-cara berpikir kritis-rasional merupakan cara-cara perburuan kebenaran melalui pendekatan-pendekatan ilmiah.
•
Berpikir Kritis-Rasional
•
Penelitian Ilmiah (Scientific Research)
D. Jenis Teori Komunikasi
Jenis-jenis Teori Komunikasi
Teori-teori Umum
•
Teori-teori Fungsional dan Struktural
•
Teori-teori Behavioral dan Cognitive
•
Teori-teori Konvensional dan Interaksional
•
Teori-teori Kritis dan Interpretatif
Teori-teori Kontekstual
•
Intra-personal communication
•
Interpersonal communication
•
Komunikasi kelompok (group communication)
•
Komunikasi organisasi (organizational communication)
•
Komunikasi massa (mass communication)
E. Model Dan Proses Komunikasi
v Model Komunikasi
Pertama, model komunikasi linier. Kedua, model komunikasi dua arah. Ketiga, model komunikasi transaksional.
v Proses Komunikasi
Informasi adalah sesuatu (fakta, opini, gagasan) dari satu partisipan kepada partisipan lain melalui penggunaan kata-kata atau lambang lainnya.
F. Lingkup Teori Komunikasi
v Teori Komunikasi Kelompok
v Teori Komunikasi Organisasi
v Teori Komunikasi Massa
v Teori-teori Komunikasi Interpretatif dan Kritis
• Teori-teori Komunikasi Interpretasi
• Teori-teori Komunikasi Kritis
G. Teori Dan Model Komunikasi Antarpribadi
v Teori-teori Diri dan Orang Lain
o Persepsi Terhadap Diri Pribadi (Self Perception)
o Kesadaran Pribadi (Self Awareness)
v Teori Hubungan Antarpribadi (Interpersonal Relationship)
Memahami Hubungan Antarpribadi
Teori-teori Pengembangan Hubungan
o Self Disclosure
o Social Penetration
o Process View
o Social Exchange
H. Teori Dan Model Komunikasi Kelompok
v Pengertian Komunikasi Kelompok
Kelompok juga memberi identitas terhadap individu, melalui identitas ini setiap anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan satu sama lain.
v Karakteristik Komunikasi Kelompok
Karakteristik komunikasi dalam kelompok ditentukan melalui dua hal, yaitu norma dan peran. Norma adalah kesepakatan dan perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berhubungan dan berprilaku satu dengan lainnya.
v Fungsi Komunikasi Kelompok
o Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial
o Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok
o Fungsi persuasi
o Fungsi problem solving
o Fungsi terapi
v Tipe Kelompok
Penjelasan ketiga tipe kelompok itu adalah sebagai berikut:
o Kelompok Belajar (Learning Group)
o Kelompok Pertumbuhan (Growth Group)
o Kelompok Pemecahan Masalah (Problem Solving Group)
I. Teori Dan Model Komunikasi Organisasi
v Pengertian Komunikasi Organisasi
Dengan demikian, komunikasi organisasi adalah komunikasi antarmanusia (human communication) yang terjadi dalam konteks organisasi di mana terjadi jaringan-jaringan pesan satu sama lain yang saling bergantung satu sama lain.
v Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
a) Fungsi Informatif
b) Fungsi Regulatif
c) Fungsi persuasif
v Pendekatan Hubungan Manusia (Human Relations)
Secara umum, dalam berbagai hal, pendekatan structural dan fungsional mengenai organisasi hanya menekankan pada produktivitas dan penyelesaian tugas-tugas, sedangkan faktor manusia sebagai variabel dalam suatu pengertian yang lebih luas.
J. Teori Efek Komunikasi Massa
a) Stimulus-Respons
b) Komunikasi Duan Tahap dan Pengaruh Antarpribadi
c) Difusi Inovasi
d) Teori Agenda-Setting
e) Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
f) Spriral of Silence
g) Information Gaps
h) Uses and Gratifications
i) Teori Uses and Effects
j) Information seeking
k) Konstruksi Sosial Media Massa
l) Laswell Model
K. Empat Teori Pers
a) Teori Otoriter
b) Teori Liberal
c) Teori Tanggung Jawab Sosial
d) Teori Komunis Soviet
L. Teori Komunikasi Dunia Maya Atau Teori Cyebercommunity
Pada bagian lain dalam buku ini telah dijelaskan mengenai persoalan virtual reality, realitas maya, cybercommunity, sebagai akibat langsung dari perkembangan teknologi telematika yang semakin pesat.
Bab Sepuluh
Penelitian Komunikasi
A. Proses Dan Fokus Penelitian Komunikasi
a) Proses Penelitian
b) Focus Penelitian
B. Pendekatan penelitian
a) Pendekatan Kualitatif
• Desain Penelitian Kualitatif
b) Pendekatan Kuantitatif
• Format Desain Penelitian Kuantitatif
• Analisis Kuantitatif
C. Metode Penelitian
Penelitian komunikasi memiliki objek dan proses serta pendekatan yang spesifik, sehingga kecenderungan memilih metode pun terdapat perbedaannya.
Bab Sebelas
Efek Media Massa
A. Efek Media Yang Terencana
Efek media massa yang dapat direncanakan bias terjadi dalam waktu yang pendek atau waktu yang cepat.
B. Efek Media Yang Tidak Terencana
Efek media massa yang terjadi tidak terencana dapat berlangsung dalam dua tipologi, yaitu terjadi dalam waktu cepat dan terjadi dalam waktu yang lama.
Bab Dua Belas
Media Massa dan Masalah-Masalah Sosial
A. Mistisme Dan Tahayul
Kebutuhan masyarakat terhadap hiburan macam ini adalah sebuah petualangan batin masyarakat untuk menjawab rasa ingin tahu mereka terhadap misteri fisika (mistik) atau rasa ingin tahu terhadap dunia lain, dunia mistik yang tak terjawab itu.
i. Macam-macam Tayangan Mistik dan Tahatul
Mistik-semi sains
Mistik-fisik
Mistik-horor
ii. Bahaya Tayangan Mistik dan Tahayul
Setiap pemberitaan media massa memiliki efek media bagi konsumen media, salah satu efek media tersebut adalah efek keburukan yang dialami oleh masyarakat. Efek buruk adalah selain berdampak pada kerusakan kognitif masyarakat, terutama anak-anak, bahaya terbesar dari tayangan mistik dan tahayul adalah pada kerusakan sikap dan perilaku.
B. Pelecehan Seksual Dan Pornomedia
a. Berawal dari Wacana Seks
b. Pergeseran Konsep Pornografi
Pornografi
Pornoteks
Pornosuara
Pornoaksi
Pornomedia
c. Pengaruh Pornomedia: Kritik Terhadap Pornografi
Masing-masing orang yang berada pada konteks budaya dan sosiologis ini memiliki kepentingan masing-masing untuk membuat definisi tentang porno sebagai bentuk dari eksistensi mereka, terutama berhubungan dengan kekuasaan dan Negara.
d. Konstruksi Sosial Pornomedia
Ketika media massa menggunakan pornomedia sebagai objek pemberitaan maupun proses pemberitaan, maka informasi pemberian porno itu akan sangat cepat (dan meluas) terkonstruksi sebagai pengetahuan di masyarakat.
C. Kekerasan Perempuan Di Media Massa
v Citra Kekerasan Manusia
v Kekuasaan Laki-laki Atas Perempuan: Ciptaan Kapitalisme
D. Kekerasan Dan Sadisme
Media massa benar-benar ingin menunjukkan kepada masyarakat konsumennya bahwa ia adalah benar-benar replikasi dari masyarakatnya, karena itu media massa juga harus tampil dalam bentuk kekerasan dan sadistis, media massa harus punya wajah seram yang membuat masyarakat merinding dan mengelus dada.
E. Lingkup Teori Komunikasi
• Teori Komunikasi Kelompok
• Teori Komunikasi Organisasi
• Teori Komunikasi Massa
F. Penggunaan Telepon Genggam Yang Mencemaskan
Pertama, kuantitas HP berkembang dalam jumlah yang sangat besar seirama dengan produsen-produsen HP memproduksi HP murah yang masa penggunaannya terbatas sehingga diperkirakan akan menjadi limbah yang mengkhawatirkan di dunia. Kedua, HP berkembang kea rah disfungsi social, di mana penggunaan HP dapat merusak sendi-sendi hubungan social masyarakatnya.
G. Penggunaan Telepon Untuk Menipu Dan Pornosuara
Telepon juga menjadi alat utama untuk menipu masyarakat. Para penipu telah membangun konsep jaringan telepon untuk menipu orang, bahkan mereka sanggup mengkoneksikan jaringan telepon, internet, ATM, dan Kode Rahasia Bank (PIN) untuk membobol bank.
H. Runtuhnya Media Cetak
Berbagai analis memperkirakan bahwa salah satu pemicu kehancuran media cetak adalah factor televise dan internet. Pendengar televise di Amerika sebesar 70% dan sebanyak 40% warga Amerika berusia di bawah 30 tahun menggunakan referensi Internet (media online) untuk mendapatkan berita nasional dan internasional.
Bab Tiga Belas
Masa Depan Sosiologi Komunikasi
A. Agenda Penting
Persoalan-persoalan komunikasi amat mendominasi masalah sosiologis kontemporer, terutama konten media begitu banyak menyita perhatian kita dalam studi-studi komunikasi.
•
Time and Space dan Stasiun Media Bergerak (Telapak Tangan)
•
New Media
•
Cyber dan Ruang Waktu
•
Citra dan Konstruksi Sosial Media Massa
B. Tenaga Pengajar Dan Peneliti
Tenaga pengajar dan peneliti di bidang komunikasi saat ini masih sangat terbatas yang ada di berbagai perguruan tinggi, kalau ada, justru keberadaan mereka sama saja tidak ada karena konsentrasi mereka tidak penuh ke bidang in, hal tersebut dikarenakan karena biasanya mereka mencari kehidupan di luar bidang ini, terutama di politik, akibatnya banyak pekerjaan penelitian yang seharusnya dilakukan, menjadi terbengkalai.
Nama: Bunga Regina Putri
NPM:C1021511RB1014
Jurusan: S1Ilmu Komunikasi